Semua Senin

Home

Anggap saja pembaca kolom ini semuanya memiliki Instagram, Facebook atau media sosial lainnya seperti X dan Whatshapp. Dan melalui peranti tersebut, berseliweran informasi yang sepersekian detik terganti. Dan 75% masyarakat, menurut hasil survei Katadata Insight Center (KIC) menjadikan media sosial sebagai sarana mendapatkan informasi.

Saya termasuk dalam bagian tersebut. Menghubungkan akun pada banyak Whatshapp Group (WAG) untuk menemukan informasi terkait. WAG politik untuk informasi politik. Group domino untuk informasi domino dan group lainnya. Tentu tidak semua. Tidak semua topik berita berkaitan dengan nama group dan tidak semua berita terbagi harus saya baca.

Tetapi, jika semua pengguna memfollow Makassarinfo -pada platform Instagram- misalnya, maka seragam kita tahu soal perilaku caleg yang menulis namanya pada sajadah. Kita seragam informasi tentang penangkapan tukang palak kios-kios, juru parkir liar, politisi yang selengean, warna favorit Luna Maya, atau tentang info terupdate lainnya. Dari manapun lokasi keberadaan soal informasi kita tentu seragam.

Baca juga:  Kentut dan Tai

Di era kiwari ini, hal demikian sulit terhindarkan. Meski kita surplus akan informasi, ada saja berita viral dan menggerakkan. Yang menyeramkan-semoga tidak, jika akun MakassarInfo terafiliasi dengan akun sejenis (infobanten, infojakarta, infokalsel, dsb dari seluruh wilayah) dari tiga ratus hingga jutaan followers di tahun politik 2024. Rasa-rasanya people power tidak lagi sekedar istilah. Ia adalah satu kekuatan yang tergerakkan berkat konsorsium akun info-info.

Membayangkannya seperti membayangkan tekhnik propaganda ala Big Brother yang digambarkan George Orwell dalam novelnya 1984. Big Brother adalah simbol universal yang memonopoli media, sumber informasi, flak, virtuosity dan ideologi. Kita akan kembali kepada era layar kaca hitam putih. Kemampuan kita adalah memilih informasi dari etalase yang Big Brother pajang, sajikan, atau pilihkan.

Baca juga:  Pilwalkot Makassar dan Catatan Pinggir Jubir INIMI

Kemampuan lainnya tentu saja unfollow atau uninstall media sosial jika ia telah mengarahkan pada tindakan massal yang merugikan, banyak mudharatnya, menyebabkan kita mudah untuk mencerca, menghujat atau menghakimi.

Karena sadar atau tidak, media sosial serupa mesin slot yang memiliki efek adiktif. Penggunanya akan tertarik dan akan terus menggunakannya karena berharap menemukan jackpot. Dan tanpa mengurangi rasa hormat, informasi yang tikung menikung dan variatif sangat berguna dalam melepaskan stres, juga dalam menghubungkan teman dan keluarga, atau seminim-minimnya mengurangi keinginan menulis nama pada sembarang tempat. Begitu…(*)

Share Konten:

Baca Juga

DEE1456C-DC10-479B-B5D6-0FEB5CDD040E
Pilwalkot Makassar dan Catatan Pinggir Jubir INIMI
DAE96C5F-E274-4118-9166-20EB06C40BB1
PILKADA Enrekang Rebutan Beasiswa, “Antara Memerdekakan atau Menjajah Rakyat”
EED2B337-9080-4873-AE0C-A372E1B513F7
Dari Lorong ke Lorong, Daeng Tayang Bawa Harapan Baru Lewat Digitalisasi
A6AE013F-9482-48B7-A9E3-49A79A2F81B9
Indira Yusuf Ismail, Harapan Baru Warga Masale
0EBB8C3A-1238-42B2-9F57-6FCFAB20195A
Ilham Ari Fauzi, Lebih dari Sekadar Kandidat

Infotainment

Scroll to Top